Perbedaan Startup dan Perusahaan Konvensional

perbedaan startup dan perusahaan konvensional

Saat ini pertumbuhan startup atau perusahaan rintisan semakin menjamur, mulai dari startup financial, e-commerce, ride-hailing, education, dan health semakin mudah ditemui. Keberadaan startup atau perusahaan rintisan juga membuat perusahaan konvensional menjadi teralihkan.

Namun baik itu startup maupun perusahaan konvensional, keduanya tentu sama-sama merintis bisnisnya dari nol. Mulai dari menggunakan tabungan pribadi untuk menjalankan operasionalnya, melewati masa-masa jatuh bangun, mendirikan usaha dengan modal kecil, hingga bisa bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Semua dilakukan baik oleh perusahaan rintisan dan perusahaan konvensional.

5 Perbedaan Perusahaan Startup dengan Perusahaan Konvensional

Startup maupun perusahaan konvensional juga sama-sama berfokus untuk mencari uang dan meraih kesuksesan dalam menjalankan bisnis. Lantas, di mana letak perbedaan perusahaan startup dan konvensional?

1. Mentalitas Awal

Perbedaan pertama antara perusahaan startup dengan perusahaan konvensional terletak pada mentalitas awalnya. Perusahaan rintisan fokus melakukan eksperimen yang berisiko karena perlu menemukan model bisnis baru dan aspek pasar yang berpotensi tumbuh. Startup dibuat untuk membuat pasar baru atau menggebrak yang sudah ada dalam membuat produk atau layanan. Itulah mengapa startup berharap untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan.

Sedangkan pada perusahaan konvensional, fokus awalnya adalah untuk mendapatkan profit secepat mungkin. Di lain sisi, perusahaan konvensional bertujuan untuk menjadi perusahaan berkelanjutan yang bisa menyejahterakan pemiliknya. Perusahaan ini juga mencari pertumbuhan yang signifikan dari ekspansi organik.

  • Keberanian

Tentu saja di setiap melangkah dalam hidup kita perlu keberanian. Namun, di startup  poin keberanian menjadi sangat penting. Mengapa demikian? Karena dalam kondisi perusahaan yang dinamis, apapun bisa terjadi. Tanpa keberanian, mustahil inovasi, solusi, hingga produk atau layanan terbaik dapat diciptakan.Keberanian memulai, keberanian berjuang, keberanian untuk bangkit setelah mengalami kegagalan dalam mencoba cara baru atau pendekatan baru. Meski demikian, keberanian tidak berarti mengabaikan manajemen risiko. Risiko datang dalam berbagai bentuk, tergantung jenis bisnis Anda. Untuk menghadapi risiko, kita harus menyiapkan diri dan memitigasi risiko dari awal. Semua orang memiliki risk appetite (toleransi terhadap risiko) masing-masing. Kewajiban kita adalah mengidentifikasi risk appetite tersendiri dan berani membuat keputusan dengan menyadari risiko yang ada. Pendeknya, kita harus bisa menyeimbangkan keberanian dengan manajemen risiko.

  • Kreativitas

Dalam dunia startup, para pekerja di dalamnya juga dituntut untuk senantiasa berpikir kreatif. Kreativitas dapat mempercepat pertumbuhan bisnis di dalamnya. Karena dengan kreativitas tersebut, sebuah startup dapat menghadikan solusi-solusi yang relevan bagi permasalahan konsumen. Bisnis harus terus dikembangkan dengan membaca tren serta kebutuhan konsumen yang bersifat dinamis. Maka, pastikan bisnis startup Anda konsistensi dalam mengeksekusi ide-ide.Dedikasikan tim khusus untuk melakukan riset dan pengembangan bagi bisnis startup yang Anda jalankan. Tim ini akan menjadi koreksi internal untuk mengecek masalah-masalah operasional serta akan menghadirkan solusi menarik. Mereka juga dapat menciptakan terobosan-terobosan baru pada kegiatan operasional maupun sektor krusial lainnya seperti produksi, layanan, serta pemasaran secara digital.

2. Cara Pendanaan

Perbedaan kedua antara startup dengan perusahaan konvensional adalah cara pendanaan. Startup pendanaan awalnya berasal dari perusahaan pemodal. Besaran jumlah yang dikeluarkan untuk memulai startup juga cukup besar, yaitu hingga mencapai miliaran dolar untuk skala yang besar. Dengan pendanaan yang besar, startup seperti ini memang ditargetkan untuk segera melejit. Beda dengan startup kecil yang harus tumbuh perlahan.

Untuk perusahaan konvensional, pendanaan awal berasal dari keuntungan atau profit yang dihasilkan dari hasil usaha sendiri. Perusahaan konvensional memulai usaha dengan modal sendiri dan kemudian membiayai keberlanjutannya dengan uang yang dihasilkan dari penjualan.

Anda sedang mengembangkan bisnis? Klik tombol di bawah ini untuk tambahan modal usaha:

Ajukan Sekarang!

3. Banyak Eksperimen Berisiko

Perusahaan startup menerapkan banyak eksperimen berisiko dengan prinsip test, measure, dan act demi mencari layanan yang tepat untuk pasar. Hal ini karena memang tujuan awal startup adalah mencari pasar baru atau mendobrak yang lama. Pekerja startup juga bisa ikut serta berpartisipasi dalam penerapan ide dan eksperimen inovatif. Sedangkan pada perusahaan konvensional, setiap strategi dijalankan dengan sangat hati-hati dengan meminimalkan risiko yang muncul.

  • Tuntunan untuk Berbenah

Pada kondisi normal,  model bisnis dalam startup seringkali masih dinamis. Bisa berubah kapan saja sesuai kondisi. Hal ini wajar dalam sebuah startup. Oleh karena itu, startup membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk riset, tes produk, hingga menemukan product-market fit yang tepat. Biasanya dana pengembangan startup didapatkan dari Investor dan Venture Capital (VC).

Masalahnya, saat resesi banyak investor yang lebih cenderung menahan uangnya. Selain itu, ada kemungkinan aliran permodalan akan menurun dan sudden stop fund raising. Jika ini terjadi, startup akan goyah bahkan runtuh. Oleh karena itu, untuk menanggulangi hal ini, startup perlu menetapkan model bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan. Setidaknya saat resesi, startup bisa bertahan tanpa bergantung pada suntikan dana dari investor.

Atas dasar kondisi tersebut,  kini sudah banyak startup  yang mulai memikirkan untuk membuat bisnis model berkelanjutan. Hal ini terkait dengan adanya resesi yang mengancam ekonomi nasional maupun dunia. Mau tidak mau, startup harus menjadi lebih kuat secara finansial. Menemukan bisnis model yang tepat dan berkelanjutan adalah kuncinya. 

4. Struktur Organisasi

Pada perusahaan startup, struktur organisasi cenderung rata. Meskipun ada posisi atasan dan karyawan, namun sekat di antara keduanya tidak terlalu mencolok. Staf bisa berkomunikasi antar divisi dan bahkan atasan. Dengan begitu, komunikasi di perusahaan startup berjalan dalam dua arah. Percakapan juga santai. Setiap ide dan gagasan akan dihargai karena dianggap sebagai aset penting perusahaan.

Sedangkan pada perusahaan konvensional, struktur organisasi telah disusun secara formal sesuai budaya korporat. Pada setiap struktur karyawan terdapat posisi atasan yang menentukan batasan untuk menentukan sikap dan perilaku. Karyawan harus selalu patuh pada atasan. Karyawan juga tidak boleh sembarangan berkomunikasi dan berdiskusi antar divisi atau dengan senior di atasnya.

5. Ritme Kerja Karyawan

Karyawan startup dan perusahaan konvensional memiliki ritme kerja yang berbeda. Karyawan startup selalu dituntut untuk berkembang dan bekerja lebih cepat. Ini karena banyak pekerjaan atau proyek yang harus dipelajari serta diselesaikan dalam waktu yang singkat dengan jumlah karyawan yang tak seberapa. Pada perusahaan startup, Anda juga dituntut untuk serba bisa melakukan pekerjaan yang mungkin tidak termasuk dalam wilayah kerja.

Sedangkan di perusahaan konvensional, ritme kerja memang tidak sefleksibel startup. Itulah kenapa pekerjaan yang harus diselesaikan tiap orang pun cenderung mudah ditebak. Tiap karyawan sudah memiliki job desc yang settled.

Baik konvensional ataupun startup, semuanya membutuhkan pendanaan modal usaha untuk berkembang. Jika Anda membutuhkan pendanaan modal usaha, ajukan pendanaan dengan klik tombol di bawah ini:

Ajukan Sekarang!


Anda juga dapat mengakses informasi tentang tips-tips keuangan, gaya hidup, produk keuangan, hingga alternatif investasi di blog.modalku.co.id. Awali kebebasan finansial dengan memperkaya literasi keuangan bersama kami. Ayo jelajahi blog kami!

Artikel blog ini ditulis oleh Modalku, pionir platform platform pendanaan digital bagi UMKM di Indonesia dan Asia Tenggara. Kami menyediakan pinjaman modal usaha bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tanah air dan membuka opsi investasi alternatif dengan pengembalian menarik bagi pemberi pinjaman.

Modalku memenangkan Global SME Excellence Award dari ITU Telecom, salah satu badan organisasi PBB, di akhir tahun 2017. Modalku juga memenangkan Micro Enterprise Fintech Innovation Challenge yang diselenggarakan oleh United Nations Capital Development Fund (UNCDF) dan UN Pulse Lab Jakarta di tahun 2018. Visi kami adalah memberdayakan UMKM untuk bersama memajukan ekonomi Indonesia. Lihat statistik perkembangan pesat Modalku di sini.

Tertarik mengenal Modalku lebih baik? Klik di sini.

Modalku secara resmi berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Subscribe

* indicates required

Tinggalkan Balasan