Kini, bekerja di perusahaan startup mulai jadi karir yang dipertimbangkan milenial. Generasi milenial yang mendominasi bursa kerja berangsur-angsur mengubah haluan menuju startup dari perusahaan konvensional. Selain faktor perkembangan zaman, kira-kira apa saja yang membuat milenial lebih memilih berkarir di startup? Ini dia penjelasan singkatnya.
Dapat Belajar Banyak Hal dalam Jangka Waktu yang Cepat
Generasi milenial punya satu karakteristik khas, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Mereka cenderung mudah mempertanyakan hal-hal yang mengusiknya. Generasi milenial juga punya pemikiran yang lebih terbuka daripada generasi sebelumnya.
Hal ini kemudian membuat mereka selalu tertarik untuk belajar. Nah, startup mampu memenuhi keinginan tersebut. Startup mengacu pada perusahaan rintisan yang umumnya berbasis teknologi dan memiliki usia yang cenderung masih “muda”. Karena masih rintisan, startup pun memiliki hasrat belajar yang sama besarnya dengan generasi milenial. Di sinilah startup dan milenial bisa saling mendorong untuk terus belajar banyak hal.
Lebih lanjut: “Mengenal Lebih Jauh tentang Dunia Startup”
Lebih Bisa Mengaktualisasikan Diri
Dalam hirarki kebutuhan Abraham Maslow, aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi manusia. Generasi milenial memahami hal tersebut sepenuhnya. Mereka ingin pekerjaannya sesuai dengan skill yang dimilikinya. Bagi milenial, yang ideal adalah bisa bekerja sesuai dengan skill serta passion.
Bidang kerja startup yang lebih modern dan “kekinian” membuat milenial merasa bahwa startup adalah wadah self-actualization yang tepat. Di samping itu, startup juga mendorong karyawannya untuk mengembangkan kemampuan sehingga mereka lebih bisa mengaktualisasikan diri.
Lihat juga: “Mengapa Passion Diperlukan Saat Bekerja di Startup?”
Suasana Kerja yang Fleksibel
Ciri lain dari generasi milenial adalah bebas dan cenderung tidak suka didikte. Begitu pula saat mereka memilih pekerjaan. Sebuah pekerjaan ideal bagi milenial adalah yang fleksibel dan tidak terlalu mengikat. Jadi, tidak mengherankan jika startup yang umumnya tidak memiliki kewajiban berseragam dan memiliki jam kerja fleksibel terlihat menarik di mata milenial. Bahkan beberapa startup tidak mengharuskan karyawannya untuk bekerja di kantor, semakin memberi kebebasan kepada para milenial.
Berminat bekerja di startup? Apa saja sifat yang harus dimiliki seorang karyawan startup? Cari tahu di sini!
Lebih Terbuka pada Kegagalan
Seperti yang disebutkan pada poin sebelumnya, milenial memiliki pemikiran yang lebih terbuka. Rupanya, pemikiran yang terbuka ini juga berlaku pada risiko gagal. Milenial memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi kegagalan. Mereka merasa bahwa di usia muda tidak ada salahnya untuk gagal dan kemudian menjadikannya pelajaran hidup.
Bekerja di startup pun memiliki risiko gagal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan established mengingat sifatnya yang masih rintisan. Namun, milenial melihat hal ini sebagai sebuah tantangan yang menarik untuk dihadapi.
Teman Kerja Sebaya
Umumnya, perusahaan yang sudah established memiliki hirarki kerja vertikal. Hirarki kerja yang vertikal dan terlalu rigid ternyata kurang disukai milenial. Mereka menilai bahwa sistem yang semacam ini akan membuat pendapat mereka susah didengar. Lain halnya dengan startup. Umumnya model perusahaan seperti ini dihuni oleh pekerja dengan rentang usia yang sama. Alhasil, hirarki kerjanya pun cenderung fleksibel. Seluruh elemen perusahaan punya suara yang sama dan berhak didengar. Hal inilah yang kemudian menarik minat milenial.
Ingin Memberikan Dampak Positif Bagi Masyarakat
Meskipun generasi milenial cenderung individualis dan terkesan cuek pada sekitar, mereka juga ingin memberi dampak positif untuk masyarakat. Mereka menilai bekerja di startup bisa bermanfaat untuk masyarakat di sekitar. Ini karena kebanyakan startup lahir dari permasalahan yang ada di masyarakat. Startup lahir sebagai solusi atas permasalahan tersebut sehingga milenial pun tergerak untuk bergabung.
Bursa kerja saat ini dipenuhi oleh generasi milenial. Generasi yang dinamis dan pemikiran terbuka ini ternyata punya kecenderungan untuk bekerja pada startup yang penuh risiko alih-alih perusahaan yang sudah established. Enam hal di atas menjadi alasan mengapa startup lebih menarik di mata milenial. Semoga bermanfaat!
Anda juga dapat mengakses informasi tentang tips-tips keuangan, gaya hidup, produk keuangan, hingga alternatif investasi di blog.modalku.co.id. Awali kebebasan finansial dengan memperkaya literasi keuangan bersama kami. Ayo jelajahi blog kami!
Artikel blog ini ditulis oleh Modalku, pionir platform pendanaan digital bagi UMKM di Indonesia dan Asia Tenggara. Kami menyediakan pinjaman modal usaha bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tanah air dan membuka opsi investasi alternatif dengan pengembalian menarik bagi pemberi pinjaman.
Modalku memenangkan Global SME Excellence Award dari ITU Telecom, salah satu badan organisasi PBB, di akhir tahun 2017. Modalku juga memenangkan Micro Enterprise Fintech Innovation Challenge yang diselenggarakan oleh United Nations Capital Development Fund (UNCDF) dan UN Pulse Lab Jakarta di tahun 2018. Visi kami adalah memberdayakan UMKM untuk bersama memajukan ekonomi Indonesia. Lihat statistik perkembangan pesat Modalku di sini.
Tertarik mengenal Modalku lebih baik? Klik di sini.
Modalku secara resmi berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Ubaidillah Pratama is Modalku SEO & content marketing, blog writer & FinTech enthusiast.
Comments 2
Pingback: 10 Mitos yang Beredar di Lingkungan Startup - Modalku
Pingback: Kerja Demanding dan Fleksibel Sesuai Karakter Milenial di Startup – M E L E K