Sebagai negara mayoritas muslim terbesar di dunia, Ramadan merupakan momen perayaan keagamaan yang sangat populer di Indonesia. Dalam merayakan bulan Ramadan, Indonesia juga memiliki berbagai tradisi yang rutin dilakukan dari tahun ke tahun, mulai dari berburu takjil hingga membelanjakan THR untuk keperluan hari raya. Tradisi-tradisi ini tentu mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung, pada bulan Ramadan, tingkat konsumsi masyarakat meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan. Secara tidak langsung, tradisi bulan Ramadan juga mempengaruhi kinerja di pasar modal. Mengapa bisa demikian? Modalku telah merangkum jawabannya untuk Anda dalam artikel ini, mari simak!
Situasi Pasar Modal saat Ramadan di Tengah Covid-19
Pandemi Covid-19 telah melanda secara global sejak awal tahun 2020. Secara resmi, Indonesia mengumumkan kasus positif pertama pada awal Maret 2020. Hingga 2 Mei 2020, sebanyak 10.843 penduduk Indonesia terkonfirmasi positif Covid-19. Situasi wabah tentunya membuat aktivitas ekonomi menjadi tidak normal. Tepat pada hari Presiden Jokowi mengumumkan dua kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia, IHSG ditutup dengan 91 poin ke level 5.361. Sebelumnya, IHSG juga telah mengalami penurunan akibat sentimen negatif mewabahnya Covid-19 terlebih dahulu di Cina. Fakta-fakta tersebut mengindikasikan bahwa wabah Covid-19 memang mempengaruhi kinerja di pasar modal.
Ingin tahu tentang instumen investasi di pasar modal? Klik di sini?
Turunnya IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) secara signifikan pada saat wabah Covid-19 dipengaruhi oleh kekhawatiran investor yang kemudian menjual saham yang dimiliki. Fakta tersebut juga berbanding lurus dengan keadaan normal di mana pada saat bulan Ramadan, para investor juga lebih banyak menjual saham untuk mendanai keperluan di bulan Ramadan hingga hari raya. Untuk menyikapi anjloknya IHSG, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah memberlakukan kebijakan trading halt, atau kebijakan penghentian perdagangan. Artinya, jika terjadi penurunan yang signifikan pada satu bursa yang sama, maka diterapkan trading halt selama 30 menit. Selain itu, BEI juga telah mengubah aturan batas bawah auto rejection saham dari 10% menjadi 7%. Hal ini dilakukan untuk menekan jumlah transaksi penjualan saham atas sentimen kepanikan.
Ingin tahu lebih tentang saham? Lihat artikel ini “Pengertian Saham dan Cara Mainnya”
Anomali Bulan Ramadhan/The Ramadhan Effect
Meningkatnya kebutuhan pada bulan Ramadan secara langsung juga meningkatkan harga-harga kebutuhan pokok seperti beras, gula pasir, bawang, dan lain sebagainya. Secara tidak langsung, situasi ini juga akan mempengaruhi baiknya kinerja pasar modal, terutama di sektor pertanian. Kondisi ini juga sudah diteliti pada studi-studi tentang Ramadhan Effect oleh para peneliti ekonomi. Ramadhan effect umumnya terjadi pada negara-negara dengan mayoritas berpenduduk muslim. Sederhananya, fenomena ini akan mempengaruhi sentimen dalam transaksi saham yang berdasar pada suasana positif yang dibawa oleh bulan Ramadan. Faktor-faktor tersebut meliputi empati sosial, mood positif para investor, suasana damai dan bahagia, dan dorongan untuk berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan buruk. Faktor-faktor ini pula yang mempengaruhi penilaian dan pengambilan keputusan para investor. Keperluan seperti membayar zakat fitrah dan keperluan lainnya untuk lebaran mendorong investor untuk menjual daripada membeli saham.
Apakah Indonesia Merasakan Ramadhan Effect pada Pasar Modal?
Penelitian Sonjaya & Wahyudi yang dilakukan pada tahun 2015 menyimpulkan bahwa fenomena ramadhan effect benar adanya, namun sifatnya tidak bertahan. Pasalnya, faktor utama yang paling mempengaruhi kinerja pasar modal adalah keadaan krisis. Penelitian yang dilakukan oleh Priansyah pada tahun 2013 juga menyimpulkan bahwa tidak terdapat fenomena ramadhan effect di Indonesia. Hal ini berbeda dengan negara-negara mayoritas berpenduduk muslim lainnya seperti Arab Saudi dan Pakistan. Mengapa demikian? Secara garis besar, jumlah investor di BEI masih tergolong sangat sedikit. Investor asing masih mendominasi pasar saham di Indonesia dengan nilai efek sebesar 51,46% dari total ekuitas, menyisakan investor domestik dengan jumlah 48,54%. Hal ini berbeda dengan keadaan pasar modal di negara mayoritas muslim lainnya seperti Arab Saudi yang didominasi oleh investor domestik.
Kondisi ekonomi Ramadan tahun 2020 memang berbeda dari ramadan-ramadan tahun sebelumnya. Kini, masyarakat global juga harus menghadapi wabah Covid-19. Karenanya, kinerja pasar modal di Indonesia juga cenderung mengalami penurunan pada IHSG. Alih-alih faktor fundamental seperti meningkatnya kebutuhan dan konsumsi masyarakat, pergerakan di pasar modal lebih dipengaruhi kegiatan cari untung dan digerakkan sentimen. Selain itu, para investor yang khawatir akan anjloknya harga saham akibat krisis lebih aktif menjual daripada membeli saham.
Ramadan juga bisa jadi momen untuk berinvestasi lho! Untuk info lebih lanjut baca artikel ini: “Hemat Saat Ramadan, Investasi Setelah Lebaran”
Anda juga dapat mengakses informasi tentang tips-tips keuangan, gaya hidup, produk keuangan, hingga alternatif investasi di blog.modalku.co.id. Awali kebebasan finansial dengan memperkaya literasi keuangan bersama kami. Ayo jelajahi blog kami!
Artikel blog ini ditulis oleh Modalku, pionir platform pendanaan digital bagi UMKM di Indonesia dan Asia Tenggara. Kami menyediakan pinjaman modal usaha bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tanah air dan membuka opsi investasi alternatif dengan bunga menarik bagi pemberi pinjaman.
Modalku memenangkan Global SME Excellence Award dari ITU Telecom, salah satu badan organisasi PBB, di akhir tahun 2017. Modalku juga memenangkan Micro Enterprise Fintech Innovation Challenge yang diselenggarakan oleh United Nations Capital Development Fund (UNCDF) dan UN Pulse Lab Jakarta di tahun 2018. Visi kami adalah memberdayakan UMKM untuk bersama memajukan ekonomi Indonesia. Lihat statistik perkembangan pesat Modalku di sini.
Tertarik mengenal Modalku lebih baik? Klik di sini.
Modalku secara resmi berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Ubaidillah Pratama is Modalku SEO & content marketing, blog writer & FinTech enthusiast.