Berkat financial technology (fintech), kini kita tak perlu sering melakukan transaksi menggunakan cash. Inovasi layanan dan produk fintech memberi kenyamanan dan kemudahan bagi kita dalam transaksi, terutama bagi generasi millennial yang sudah sangat akrab dengan teknologi. Meningkatkan transaksi cashless membuat generasi millennial tidak merasa mengeluarkan uang secara fisik sehingga budaya konsumtif pun tak dapat dihindari lagi.
Di sisi lain, fintech juga hadir untuk menyeimbangkan kondisi tersebut. Seiring dengan meningkatnya fintech, generasi millennial memiliki semakin banyak pilihan untuk mengelola dan mengoptimalkan keuangan mereka.
Crowdsourcing VS Crowdfunding
Meski terdengar mirip, crowdsourcing dan crowdfunding sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda. Crowdsourcing melibatkan penerimaan ide, kontribusi, kolaborasi, atau jasa dari berbagai orang yang umumnya berada di internet. Misalnya, sebuah perusahaan menemui masalah dalam mengerjakan tugas. Perusahaan kemudian meminta masukan dan solusi dari publik.
Di dalam crowdsourcing terdapat creative crowdsourcing yang tujuannya mendapatkan berbagai ide atau solusi untuk proyek tertentu. Salah satu perusahaan yang menggunakan metode creative crowdsourcing adalah Wikipedia, yang mendorong penggunanya berkontribusi untuk memberi informasi.
Crowdfunding merupakan salah satu bentuk dari crowdsourcing, Crowdfunding mengacu pada metode pengumpulan modal hingga jumlah tertentu untuk mendanai suatu proyek atau bisnis. Inilah jenis paling populer dari crowdsourcing.
Melalui crowdfunding, orang yang memiliki ide bisnis cerdas tapi kekurangan modal untuk mengembangkannya bisa mengumpulkan dana. Biasanya, orang yang memberi dana pada crowdfunding akan mendapat reward tertentu sesuai kesepakatan.
Nah, generasi millennial bisa memanfaatkan crowdfunding untuk merealisasikan proyek yang mereka ingin bangun atau justru menjadi memberikan dana kepada proyek tertentu. Selain crowdfunding dan creative crowdsourcing, masih ada microwork, wisdom of the crowd, dan inducement prize contest yang juga termasuk dalam jenis crowdsourcing.
Peer-to-peer Lending
Berbeda dari crowdfunding yang sifatnya cenderung sukarela, peer-to-peer (P2P) lending justru merupakan pembiayaan utang yang prosesnya berlangsung melalui online platform seperti Modalku. Di online platform inilah peminjam dan pemberi pinjaman akan dipertemukan. Jika peminjam berhasil mendapatkan pinjaman, nantinya mereka harus mengembalikan pinjaman kepada pemberi pinjaman dengan suku bunga yang berlaku selama jangka waktu tertentu. Platform P2P lending akan bertindak sebagai fasilitator dengan memeriksa secara detail rencana bisnis, laporan finansial, dan berbagai informasi terkait pelaksanaan bisnis.
Ada dua cara yang bisa dipilih generasi millennial untuk mengoptimalkan keuangan mereka melalui P2P lending. Pertama, jika memiliki bisnis yang menjanjikan, mereka dapat mendaftar menjadi peminjam. Tentunya disertai dengan business plan dan dokumen keuangan.
Pilihan lainnya, generasi millennial bisa melakukan alternatif investasi dengan menjadi pemberi pinjaman pada P2P lending. Alternatif investasi P2P lending memiliki tingkat pengembalian menarik dan relatif stabil – pilihan yang cocok bagi kaum muda.
Perencana Keuangan FinTech
FinTech juga hadir dalam bentuk perencana keuangan, yang dapat memberikan edukasi dan pemahaman terhadap produk keuangan secara terintegrasi. Perencana keuangan FinTech tidak hanya menyediakan koneksi kepada berbagai rekening bank sehingga pengguna dapat melakukan pencatatan transaksi cashless secara otomatis, tetapi juga menawarkan layanan pengaturan keuangan atau auto budgeting yang dapat membantu pengguna memperkirakan anggaran ideal untuk setiap pengeluaran.
Pendekatan ini pernah dilakukan oleh Acorns, sebuah perusahaan fintech asal Amerika Serikat yang “memaksa” penggunanya untuk menabung setiap kali berbelanja. Caranya adalah dengan membulatkan biaya dan menginvestasikan sisanya ke dalam satu rekening investasi. Hal ini cukup menarik karena kebiasaan belanja, yang dentic dengan sifat konsumtif, dapat dimanfaatkan untuk menabung.
Bagi generasi millennial yang sudah terbiasa hidup di era digital, teknologi sudah seharusnya membantu mereka mengelola keuangan, baik untuk menabung atau mendapatkan dana yang dibutuhkan. Ketiga cara di atas membuktikan bahwa FinTech berhasil memenuhi kebutuhan generasi millennial dalam bidang finansial.
Artikel blog ini ditulis oleh Modalku, platform peer-to-peer (P2P) lending nomor 1 di Indonesia. Kami menyediakan pinjaman modal usaha bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tanah air dan membuka opsi investasi alternatif dengan pengembalian menarik bagi pemberi pinjaman. Tertarik mengenal Modalku lebih baik? Klik di sini.